Pangkalpinang, IrroNews.com — Program “Budayawan Masuk Sekolah” kembali digelar, kali ini di SD Negeri 30 Pangkalpinang dengan membawa materi sastra lisan dan tulisan sebagai bagian dari penguatan literasi budaya. Kegiatan ini menjadi kali pertama sastra lisan dan tulisan secara khusus diangkat dalam program tersebut.
Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Pangkalpinang, Ratna Purnamasari, yang akrab disapa Bunda Tudung Saji (BTS).
Dalam penyampaiannya, Ratna menjelaskan bahwa permintaan untuk materi literasi datang langsung dari Kepala Sekolah SD 30, yang menginginkan fokus pada literasi sastra sebagai bagian dari pembelajaran literasi dasar hingga pemahaman mendalam tentang posisi dan kedudukan sastra dalam kebudayaan.
“Anak-anak tidak hanya dikenalkan apa itu cerita rakyat, pantun, gurindam, dan lain-lain, tapi juga bagaimana sastra itu hadir sebagai warisan budaya. Sastra lisan dan tulisan adalah akar dari banyak ekspresi budaya lain seperti lagu, batik, dan kerajinan,” jelas Ratna, Rabu (23/7/2025).
Ia menambahkan bahwa melalui literasi, seseorang menyampaikan imajinasi, pemikiran, dan ekspresi jiwa melalui media tulisan maupun lisan. Literasi bukan sekadar membaca dan menulis, tetapi mencakup produk-produk budaya yang muncul darinya.
SD 30 menjadi sekolah yang cukup unik dalam pelaksanaan kegiatan ini. Ratna mengapresiasi bagaimana sekolah membuka kegiatan dengan suguhan budaya yang mencerminkan kesadaran akan pentingnya literasi sebagai nafas dari kebudayaan. Sinergi antara pihak sekolah dan penyelenggara dinilai sangat baik, menciptakan suasana yang mendukung untuk pengenalan budaya secara menyeluruh kepada siswa.
Dalam kegiatan ini, hadir budayawan Riko Ariputra, yang dikenal sebagai praktisi sastra lisan dan tulisan. Riko bukan hanya seorang seniman, tetapi juga tenaga ahli yang berpengalaman dalam mengedukasi anak-anak melalui pendekatan budaya.
“Saya sudah lama mengenal beliau. Beliau bukan narasumber sembarangan, kemampuannya mengkomunikasikan materi kepada anak-anak sangat luar biasa. Terbukti saat sesi berlangsung, anak-anak antusias, mereka aktif menjawab pertanyaan dan terlibat langsung,” ujar Ratna.
Program ini juga menekankan pentingnya mengenalkan 10 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) kepada anak-anak, mulai dari bahasa, pengetahuan tradisional, hingga teknologi tradisional. Semua itu berakar dari literasi budaya yang lahir dari kebahagiaan, ketenangan, dan rasa cinta terhadap budaya itu sendiri.
Dengan kegiatan seperti ini, Dindikbud berharap anak-anak di Pangkalpinang semakin mengenal kekayaan budaya lokal serta menumbuhkan kebanggaan terhadap warisan budaya yang terus relevan dan berkembang mengikuti zaman.
(Adv/Tn)










