Cokelat CandU Jadi Simbol Transformasi Ekonomi Bangka Belitung, UBB Dorong Diversifikasi dari Tambang ke Pangan

Pangkalpinang, IrroNews.com – Di tengah tantangan ekonomi akibat ketergantungan pada sektor tambang, Universitas Bangka Belitung (UBB) mengambil langkah strategis mendorong diversifikasi ekonomi daerah melalui dukungan terhadap pengembangan industri kakao lokal.

 

Bacaan Lainnya

Salah satu bentuk nyata dukungan itu adalah bantuan mesin pengolahan cokelat, kepada Cokelat CandU industri cokelat artisan pertama di Bangka Belitung yang kini menjadi simbol perubahan arah pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan.

 

Melalui program Pengabdian kepada Masyarakat, UBB memberikan 300 bibit kakao, 35 karung pupuk, dan peralatan pengolahan kepada komunitas KOKOA (Komunitas Kovertur Bangka), yang digerakkan oleh Merinda Haris, Owner Cokelat CandU.

 

Inisiatif ini tidak hanya berorientasi pada peningkatan produksi, tetapi juga pada penguatan posisi kakao sebagai komoditas pangan unggulan alternatif di Bangka Belitung.

 

“UBB menunjukkan kepedulian yang luar biasa terhadap masa depan ekonomi Bangka Belitung. Mereka tidak hanya berbicara, tapi bertindak. Bantuan ini adalah bukti nyata bahwa kita sedang berusaha membangun fondasi ekonomi yang lebih berkelanjutan,” ujar Merinda Haris, Jumat (29/8/2025).

 

KOKOA kini mulai tumbuh, dari komunitas kecil menjadi wadah kolaboratif yang melibatkan puluhan petani baru yang tertarik menanam kakao. Bagi Merinda, langkah ini bukan sekadar bisnis, tetapi gerakan sosial untuk membangkitkan ekonomi lokal dari sektor yang selama ini kurang dimaksimalkan.

 

Dr. Reniati, Dosen Manajemen UBB sekaligus Ketua ISEI Bangka Belitung, menilai pentingnya melepas ketergantungan pada komoditas tunggal seperti timah, yang terbukti rapuh saat tata kelola terganggu.

 

“Tahun 2024, saat tata kelola timah bermasalah, ekonomi Babel turun 0,77 persen. Ini alarm bahwa kita tidak bisa terus menaruh semua telur dalam satu keranjang. Kakao, sebagai komoditas pangan, punya potensi luar biasa untuk menopang ekonomi berbasis rakyat,” jelas Reniati.

 

Menurutnya, hilirisasi di sektor pangan lebih berdampak luas dibandingkan mineral karena langsung menyentuh kehidupan para petani dan pelaku UMKM.

 

“Ketika kita fokus pada hilirisasi pangan, kita mensejahterakan masyarakat luas, bukan hanya korporasi besar. Ini juga memperkuat ketahanan pangan daerah,” tambahnya.

 

Sebagai bagian dari program, Merinda juga menjadi pembicara dalam pelatihan digital marketing bagi petani kakao dan pelaku UMKM yang digelar Prodi Magister Manajemen UBB. Cokelat CandU dipuji sebagai produk inovatif karena mengusung konsep low sugar dan mengandung mineral alami yang menyehatkan.

 

“Cokelat bukan hanya enak, tapi juga punya manfaat kesehatan, bahkan membantu mengurangi stres. Dengan pendekatan kesehatan dan keberlanjutan, produk seperti CandU punya daya saing tinggi,” kata Reniati.

 

Kegiatan ini digagas oleh tim dosen UBB: Dr. Reniati, Dr. Devi Valeriani, dan Dr. Rostiar Sitorus, dalam program Pengabdian Masyarakat DIKTI.

 

Kolaborasi antara dunia akademik dan pelaku usaha ini menandai awal dari transformasi ekonomi Bangka Belitung, dari yang selama ini tambang-sentris menuju ekonomi pangan yang lebih inklusif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. (Tn)

 

 

Pos terkait